Wednesday, April 14, 2004

FIRST KISS WITH PIKO


Udah pada tau kan kalau Pipi itu lagi pacaran sama Piko, cinta anak muda yang menggairahkan. Pipi betul-betul jatuh cinta sama pesona Piko yang memukau. Nah, mereka kan sudah cukup lama pacaran, pikiran Pipi mulai terarah pada yang namanya ciuman. Wajar sih untuk ukuran abg kelas 3 smp. Well, Pipi dan Piko selama ini kalau jalan, paling ke toko, ke pantai, ke taman dan ke toko buku. Selebihnya sekedar makan di warung atau main di rumah Pipi sendiri.

Pacaran anak kecil! Begitu bisik hati Pipi setiap kali jalan sama Piko. Pipi ingin sesuatu yang lain, Pipi ingin dicium, tentu saja dicium Piko. Seperti apa sih rasanya? Pipi membatin ingin tau. Apa seperti ciuman Harry Potter ke ceweknya? Atau seperti ciuman sekilas yang sempat dilihatnya di telenovela? Huah, ada sensai ganjil yang menjalar di hatinya dan membuat perutnya seperti diobrak abrik, Pipi mules. Penulis suit suit!! *sambit!!* gober Pipi pun mendarat mulus di kepala Penulis. Idih si Pipi, galak deh aw!

Apa Pipi mulai menunjukkan tanda-tanda genit? Kelas 1 smp Pipi sudah tau yang namanya PMS, masa haid pertama saat pelajaran olahraga. Mami pun dengan bahasa ibu menjelaskan padanya apa itu menstruasi dan bagaimana gejala-gejalanya, sampai dampak psikologis dari menstruasi. Mudah marah, gampang tersinggung dan amat sangat sensitif. Pipi ngerti semua itu. Yang diinginkannya sekarang adalah, ciuman Piko!! Pipi rada iri juga sih waktu Gita bilang "Semalam gue dicium Koko di pipi." well, di pipi pun oke lah. Kapan Piko anak menciumnya?

Apa dia harus mulai duluan? Wikz, cewek kok agresif banget Pi? Pipi cemberut. Piko itu sopan banget sebagai cowok. Megang tangan itu hal yang paling optimal yang pernah dilakukan Piko padanya. Gatel? Ga juga ah, batin Pipi lagi. Masa pengen dicium saja kegatelan namanya? Tomboy sih tomboy, tapi hasrat sebagai cewek itu ada kan? Apalagi dia sering berduaan Piko, meskipun di tempat umum, hatinya tetap saja ser ser gitu.

"Jeduarrrrr!!!!!" Pedro mengagetkannya. Pipi melotot. Pedro tertawa senang, puas bisa mengagetkan adiknya yang usil itu.
"Ngelamun nih Pi?" tanya Pedro.
"Ga, mancing." jawab Pipi cuek.
"Oh, udah dapat ikan berapa?" Pedro lebih cuek.
"Satu .. ikan bego dengan tampang lugu yang mudah dibohongin." jawab Pipi. pedro sadar, dia lah ikan itu.
"Dudutz dah!" pipi terkekeh puas.

"Elu kok jadi aneh Pi? Kurang ceria seperti biasa." Pedro duduk disamping Pipi, selonjorin kakinya di meja, Pipi memeluk bantak sofa.
"Orang ngelamun kok aneh bang. Abang tuh yang aneh." Pedro kaget.
"Gue aneh? Wakz, gue masih normal tauk! Waras!" elit Pedro.
"Aneh ah, suka ngerecoki orang ngelamun." timpal Pipi. Pedro diam. Ga pernah menang adu mulut sama adiknya yang rada gokil ini.
"Kenapa sih elu sering ngelamun? Ga usah melamunkan duit jajan kita yang ga pernah bertambah nominalnya. Elu tau kan mami? Mana mau ngasih duit lebih buat kita?" Pipi manggut-manggut. Andai saja yang dipikirkan itu soal duit! Dia lagi mikir ciuman itu kayak gimana dan pengen dicium Piko!

"Eh Pi, gue punya cerita nih, tapi jangan bilang siapa-siapa yah." Pedro kembali bicara.
"Soal Juleha lagi? Bosen ah, Juleha jelek gitu diomongin terusssss." goda Pipi.
"Biyarin wekz, yang penting kan cinta. Cinta itu .. bla bla bla .." Pipi tutup kuping, mulai deh Pedro kumat.
"Iya iya .. trus mau cerita apa bang?" tanya Pipi penasaran.
"Yahhh karena gue anggap elu udah gede, udah layak diajak curhat masalah beginian .. kan bentar lagi smu, eh mo lanjutin smu dimana Pi? Bentar lagi gue lulus smu loh, elu ke smu Angkasa aja, biyar gantiin gue disono hihhi." Pipi manyun, duhhh abang ini niat cerita ga sih?!

"Iya iya . trus??" Pipi menatap Pedro ingin tau.
"Begitulah .. namanya juga orang gede pacaran Pi. Eh, Pipi juga udah pacaran yah, padahal masih kecil gitu huhuhuhu." Pipi melongo, Pedro benar-benar lagi kumat!!!
"??? Trus??" Pipi mulai lemes, menampakan gejala epilespi, bentar lagi pasti mulutnya berbusa.
"Yeah .. tapi ingat Pi, pacaran sih pacaran, norma dan etika harus tetap dijaga. Ada ga yah buku soal .. hmmm .. norma-norma dalam berpacaran khusus abg?" tanya Pedro cuek. Pipi menangis.
"Abang!!!!!!! Niat cerita ga sih?! Kok jadi ngelantur gitu?! !@#$%^&*(_+" Pipi menjerit kesal. Pedro terkekeh, hikhikhikihkhik.

"Gara-gara yang mau gue ceritain itu, makanya jadi ngelantur gini. Pi, dua hari lalu, elu tau kan, gue ngajak Juleha jalan-jalan, pakek motor papi?" Pipi mengangguk. Dia ingat, mami dan papi mencak-mencak, mau ke kantor papi menghadiri acara kantor, ga ada kendaraan dan terpaksa naik angkot! Duh, untuk sebuah inti cerita, Pipi harus rela mendengarkan prolog yang begitu panjang.
"Kita kan keluarnya abis maghrib gitu, puter-puter kota yang kecil dan indah ini, eh gue sekalian promosi yah hahahaha." Pipi memandang Pedro dengan pandangan terhina, amat sangat!!
"Trus pulangnya dah agak malam gitu, dah jam delapanan. Sampai di depan rumah Juleha, gue tanya, Ju, orangtuamu ada ga? Trus Juleha bilang orangtuanya lagi pergi sejak sore ..." dari sini Pipi mulai menyimak dengan serius.
"Trus .. gue bilang, Ju, gue cium elu yah .." hah?! Pipi ibarat disambar petir mendengarnya, betapa lugunya si abang, betapa .. betapa .. memalukan.

"Eh tau ga apa kata Juleha? Dia bilang, dia sudah nunggu saat ini sejak lama!!" jeduarrrrrrr kembang api meledak di kepala Pipi. Juleha ... sama seperti abangnya, sungguh .. sungguh .. memalukan.
"Ya udah, abang trus kiss her lips yang lembut .. Juleha pasrah! Wahahah." Pipi menatap abangnya tak percaya.
"I .. i .. itu first kiss bang?" Pipi tersendat bertanya.
"Ga dong, gue kan udah sering ciumin posternya nelly furtado ma pink!!" satu bantal kursi menyambar Pedro. Dia terkekeh.
"Tau ga Pi, dahsyatnya ciuman itu? Gue ga brasa dimarahin papi gara-gara motornya kepakek! Gue serasa di awang-awang, senang deh ... " Ouw, senang yah kalau abis ciuman? Pipi kembali memikirkan angan-angannya dicium Piko. Apa Piko bisa seberani dan memalukan seperti abangnya?

Ataukah dirinya yang akan bersikap memalukan seperti abangnya? Pipi membayangkan bibir Piko menyentuh pipi-nya .. bibirnya .. wakzzz!! Pipi mules, dia berlari ke kamar mandi.
"Hoi Pi, belum selesai neh!! Doh segitu aja ampe ke kamar mandi!!" Pedro menggoda Pipi.
"Mulessssssss!! Ceritanya bikin mulesss!" terak Pipi sebelum masuk kamar mandi.
"Busyetttt dah!!" gerutu Pedro.

Malamnya Piko sms-in Pipi. Dia pengen dateng ke rumah Pipi. Ouw, Pipi senang dong, soalnya ini kan bukan malam minggu. Tumben si Piko mau dateng, lebih kebetulan lagi, Pipi itu masih terus memikirkan ciuman Piko, pengen gitu, hihihi. Tepat pukul tujuh Piko dateng.
"Naik apa ke sini?" tanya Pipi, menyuguhkan segelas teh di meja.
"Minjem motor papa." jawab Piko. Pipi duduk di hadapan Piko. Perasaannya jadi tak menentu.
"Pi, duduk disamping gue dong, masa duduk jauhan? Gue kan kangen." ujar Piko, Pipi pun nurut duduk di samping Piko. Piko mulai deh cerita-cerita seputar sekolah dan teman-temannya. Pipi mendengarkan saja dengan pikiran masih terarah pada CIUMAN!

"Pi, elu kok diem?" tanya Piko menyadari kebisuan Pipi yang amat tidak wajar.
"Hmm ga pa pa kok." jawab Pipi. Piko memegang kunciran rambut Pipi.
"Pi, mami dan papi elu kemana? Kok ga kelihatan?" tanya Piko lagi.
"Oh, mami dan papi lagi di kamar, papi katanya kurang enak badan, jadi minta mami ngerokin. Bang Pedro, biasa, keluar, tadi dijemput bang Kevin." kata Pipi. Entah hanya pikirannya atau memang Piko yang bersikap aneh. Piko tolah toleh, memperhatikan keadaan sekitar.

"Pi .."
"Hmm??"
"Merem deh .." eh? Apa ga salah?
"Elu mau kentut?" wadaw Pipi.
"Yeee... bukan. Gue mau .. hmm .." Piko ga meneruskan kata-katanya.
"Mau kiss gue?" pertanyaan itu pun meluncur dengan bebasnya dari bibir Pipi. Pipi memerah muka, menyadari ketololannya. Betul-betul jadi obsesi deh.
"Kok tau?!" waaaaa Pipi keringetan .. betul nih? Dream come true? Apa ini cuma mimpi saja? Pipi mencubit lengannya.
"Arrrhhhhhhggg!!" Pedro menjerit kecil. Pipi kaget. Waduh, saking nervousnya Pipi salah mencubit lengan Piko.
"Sorry Ko .. hihihi." Pipi belum sempat ngomong lagi, tiba-tiba.

*Cupz* Pedro mengecup bibirnya singkat, sekilas yang membawa dampak yang begitu besar buat cewek tomboy ini. Pipi terpana, matanya melotot, sesaat Pipi seperti ga nginjek bumi. Piko heran, dikibaskan tangannya di wajah Pipi. Pipi tersentak.
"Pipi marah?" tanya Piko. Pipi menggeleng. Malu, tersipu.
"Gue cinta elu Pi .." ujar Pedro setelahnya. Pipi menunduk malu. Mau rasanya adegan itu terulang lagi dan lagi. Mereka terdiam, tiba-tiba muncul Pedro.

"Hoiii asyiknya pacarannn wahahaha." Pedro cengar cengir.
"Eh bang Pedro." ujar keduanya barengan.
"Dari tadi Ko? Haus neh, tehnya gue minum yah?" dasar ga tau malu, Pipi melotot, sebel sama ulah Pedro. Pedro terkekeh, puasssssssss.
"Gue ke dalam dulu ya Ko .." usai menegak teh Piko, Pedro ngeloyor pergi. Jam sembilan Piko pun pamit pulang. Pipi mengantarnya sampai depan pintu, dan Piko, menyambar bibirnya lagi, lebih lama dari tadi dan mengedipkan sebelah matanya. Pipi ga sekaget tadi, tapi senengnya bukan main deh. Piko pun menghilang dengan raungan motor papanya.

Pipi mengunci pintu trus masuk kamar. Dia berbaring, senang, gembira, semua rasa jadi satu. Malam ini, dia dicium Piko! Oh, gitu toh rasanya, kayak ga nginjek bumi hihihii. Pipi menatap langit-langit kamar, ada wajah Piko disitu. Pipi merem, ada wajah Piko disitu. Pipi pun tertidur dan wajah Piko dengan first kiss nya menghias mimpi Pipi malam itu. Pipi's first kiss!!

tuteh, 10 April 2004

Tuesday, April 06, 2004

HOREEEEEEEE ... PEMILU!!!!!


Hari Senin, tanggal 6 Maret adalah hari Pemilu. Pipi yang tomboy dan ceking itu amat sangat riang gembira. Dari pagi, dia sudah mandi, sarapan bersama papi, mami dan Pedro, nyanyi-nyanyi, bahkan bantuin mami nyiram kembang! Pasalnya sekolah-sekolah diliburkan, hari libur nasional deh.
"Tumben kamu Pi." kata mami.
"Mumpung libur kan mi ..." jawab Pipi santai.
"Tapi ga biasanya deh seorang Pipi rela nyiram kembang ..." ujar mami terheran-heran. Duh mami, ga mau dibantu apa?!!!
"Kan biar mami bisa konsentrasi." ujar Pipi lagi.
"Konsen? Emang mau belajar buat ujian?!" ledek mami terkekeh.
"Oh, tentu saja bukan ujian .. tapi konsen, ntar nyoblos mau milih partai apa, gitu mi." kata Pipi sok bijak. Dan mami semakin terkekeh mendengarnya.
"Ada-ada saja kamu Pi!" seru mami sambil berlalu. Pipi cuek, terus nyiram kembang yang tertata apik di teras rumahnya.

"Pipiiiiiiiiiii!!!" suara Pedro mengagetkannya. Pedro muncul di depan pintu dengan tampang jijay.
"Yaa bang Ped!! Apaan sih tereak-tereak gitu, cempreng tauk suaranya!!" balas Pipi.
"Kalau ga tereak, elu mana mau njawab?" jawab Pedro tak kalah cuek.
"Ada apa?" tanya Pipi sembari melepaskan gayung.
"Kaos elu yang dapat gratis itu mana?" tanya Pedro. Pipi tercengang. Kaos salah satu partai yang sempat bikin heboh saat dipakainya itu?? Untuk apa sih bang Pedro tanya-tanya soal kaos itu?
"Ada .. ngapain?"
"Pinjem dong!!" ujar Pedro. Heh? Pinjem? Duit dong!!
"Sewa!!" Pedro melotot.
"Widih! Kaos dapat gratisan aja kok disewa .. pinjem!" Pedro ngotot. Pipi lebih ngotot lagi ampe pipinya berotot huehue.

"Gaaaaa!!! Sewa!!!" kali ini Pipi balas menjerit. Keok!! Ayam tetangga mati satu :P Pedro dan Pipi saling melotot. Akhirnya Pedro nyerah.
"Iya deh .. sewa, ga mahal kan?" suara Pedro melembut.
"Dua pulu rebu. Deal?" ujar Pipi.
"Pemerasan itu namanya Pi!" sembur Pedro. Pipi mengangkat alis.
"Deal or not? Kalau ga mau ya sudah .." Pipi melenggang santai ke dalam rumah. Pedro mengejarnya.
"Oke oke .. dua puluh ribu .." horeee batin Pipi melonjak kegirangan! Dua puluh ribu untuk kaos gratisan? Ambil aja sekalian, ga usah disewa!
"Sip deh, duit dimuka." ujar Pipi dan mengadahkan tangannya. Pedro bersungut-sungut meraih uang dari kantong blue jinsnya yang ga kecuci 2 bulan :P
"Gitu dong!" Pipi menyambar uang dari tangan Pedro trus ke kamarnya ngambil kaos yang dimaksut. Pedro nunggu di ruang makan.
"Nih kaosnya ... tapi untuk apa sih kaos ini bang Ped?" tanya Pipi ingin tau.
"Untuk dipakek nyoblos ntar .." jawab Pedro ringan trus masuk ke kamarnya sendiri. Huh, Pipi kembali ke teras nyiram kembang yang dah pada kelelep!

Dari teras Pipi melihat kesibukan orang-orang. TPS berada di dekat masjid, ada halaman kosong disitu. Pipi sendiri kemarin sempat nganterin kue dan minum untuk orang-orang yang bekerja, sumbangan dari mami yang tumben ga pedit. Capek nyiram kembang Pipi duduk santai di teras, memperhatikan orang-orang. Heran aja deh si Pipi, itu ibu-ibu kok pada cantik-cantik? Bapak-bapak pada rapih jali, kayak mau kondangan aja. Pipi tertawa sendiri. Dan herannya Pedro justru rela melepaskan duit dua puluh ribu demi sebuah kaos gratisan! Pipi tertawa puas. Dua puluh ribu bo .. lumayan.

Lagi asik-asik merhatiin orang tiba-tiba papi muncul. Pipi kaget, itu papi atau John Travolta sih? Kemeja putih bersih, celana cutbray item, rambut diminyakin plus kacamata item. Silau man .. batin Pipi.
"Wahhhh papi ternyata ganteng yah .. kalau dilihat dari monas! waahaha." goda Pipi terkekeh-kekeh. Syndrom Pemilu, orang-orang menjadi sadar bahwa diri mereka jelek, jadi kudu dandan!!
"Dasar anak kurang ajar, papi kan emang ganteng .." ujar papi jijayyyy. Pipi terbahak-bahak. Papi menuju pagar rumah.
"Loh pi, ga nunggu mami dan bang Pedro?" tanya Pipi.
"Hidup boleh bersama, urusan pemilu masing-masing!" jawab papi cuek trus keluar pagar, berbaur dengan orang-orang lainnya yang menuju TPS.

Ga brapa lama Pipi mencium aroma parfum yang bukan main menyengat hidung. Treng treng .. mami berdiri di pintu rumah. Hah?! Tadi papi, sekarang mami yang agak 'genit'.
"Mami?!" ujar Pipi.
"Kenapa sayang? Mami cantik yah?" tanya mami lugu. Pipi rasanya ingin muntah.
"Ngapain pake kebaya lengkap gitu mi? Rambut di konde lagi, kayak mau ke kondangan saja mi. Aduh mi .. itu selop tumitnya tinggi banget! Awas jatuh mi!" tereak Pipi.
"Dasar anak kecil! Ga tau apa kalau ikutan pemilu itu harus rapih .." Pipi bertampang bego .. rapih yah? Kelewatan sih ini namanya.
"Iya deh .. terserah mami .. hati-hati yah mi .." ujar Pipi ngalah. Mami, siapa yang berani ngelawan?
Mami pun keluar pagar, ber say hello sama ibu-ibu yang ga kalah ganjennya menuju TPS bersama-sama.

Lagi-lagi Pipi dibuat geleng-geleng kepala melihat Pedro. Abangnya itu memakai kaos gratisan dan bluejins yang sama. Bedanya Pedro malah pakek sandal jepit!
"Wow .. betul betul berbeda .." seru Pipi. Pedro nyengir kuda.
"Beda? Tambah cakep yah .." suit suittt Pipi ngakak abis.
"Apanya yang cakep! Papi dan mami tuh yang cakep hehehe. Bang Ped, kenapa sih bela-belain makek kaos itu? Padahal papi dan mami pakaiannya kayak orang mau kondangan loh .." tanya Pipi.
"Ada deh .. anak kecil tau apa .. ini kali pertama abang nyoblos .." jawab Pedro sambil lalu .. dia keluar pagar .. menuju TPS.

Tinggal bi Ijah yang belum nongol. Bi Ijah kemana sih? Pipi penasaran, trus ke dapur .. apa bi Ijah masak yah? Namun bi Ijah ga ada di dapur. Baru Pipi mau ke kamar bi Ijah, pembantu tua itu dah muncul dengan senyum memukau. Bi Ijah tampak beda kalau pakek gincu!
"Oiiii bibi .. cakeppp!!" ujar Pipi dengan dua jempol di udara.
"Hihihi .. masa cakep non ... orang hanya pakek lipstick aja kok." memang sih bi Ijah tetap biasa-biasa saja, tapi tetap beda bagi Pipi, karena bi Ijah makek gincu. Bi Ijah pun pamit ke TPS meninggalkan Pipi sendiri di rumah. Yah, nasib yang belum cukup umur!!

Sambil nunggu papi, mami, Pedro dan bi Ijah pulang nyoblos, Pipi tidur-tiduran di sofa. Sms-an sama Piko, Piko masih setahun lagi baru cukup umur buat nyoblos. Sedangkan geng REWO yang lain pun bernasib sama kayak Pipi, bengong di rumah. Mau kemana? Toko-toko tutup, warung tutup, sekolah libur. Mau ke warnet? Paling tutup juga, lha wong kota kecil kok, gitu ujar Pipi di dalam hati. Mau baca gober? Libur baca gober dulu ah .. Harry Potter? Sudah ditamatkannya. Pipi pun terus sms-an sama teman-temannya.

Dua jam kemudian papi, mami, Pedro dan bi Ijah pun pulang. Mereka berempat langsung duduk mengelilingi Pipi. Pipi bangun, duduk, penasaran, partai apa sih yang dicoblos sama anggota keluarganya.
"Pappppp tadi nyoblos apa??" tanya Pipi. Papi tersenyum sendiri.
"Bingung Pi .. kertas suaranya gede!!!! Kayak koran!! Tadi papi berlama-lama di TPS, mbaca dulu, liat dulu hehehe." ujar papi.
"Masa?? Trus papi nyoblos apa dong?" tanya Pipi antusias.
"Lupa .. hehehe" waduh papi ... bikin yang denger bete deh.

"Mi .. mami gimana?" tanya Pipi ke mami.
"Hmm apa yah tadi?" yah mami ...
"Soalnya tadi mami juga berlama-lama di TPS. Trus .. liat-liat dulu nama calon disitu .. wow, bagus-bagus loh Pi .. " seru mami. Papi cemberut mendengarnya. Mereka tertawa.
"Lalu????????" tanya Pipi lagi.
"Mami sih .. tadi nyoblos ... nama yang bagus heheheh." yah mami, setali tiga uang sama papi. Pipi menoleh ke Pedro.

"So, bang Ped gimana?" tanya Pipi. Rasanya tak perlu lagi mengulangi pertanyaannya.
"Nyoblos yang mau ngasih duit ke abang dong!!!! Lima puluh ribu untuk nyoblos, dengan syarat makek kaos nya mereka wahahah ... masih untung tiga puluh ribu." ujar Pedro lugu. Papi dan mami kaget.
"Kamu dapat duit?!!!!!!!!!!! Itu namanya money politik! Ga boleh gitu lain kali!" semprot papi. Pedro senyum simpul.
"Wah Pedro .. kenapa ga kasih tau mami sih? Kan lumayan lima puluh ribu." dasar mami .. malah mengagetkan semua yang mendengar hahaha.
"Idih mamiiiiiiiiiiiiiiii" seru mereka bersamaan.

"Dan bi Ijah?"
"Bibi sih setia sama pohon jambu .." jawab bibi kalem. Oh .. Pipi ngerti maksut bi Ijah.
"Kenapa pilih pohon jambu bi?" tanya papi penasaran. Bi Ijah lebih terbuka.
"Karena menurut bibi .. partai-partai baru belum tentu sebaik pohon jambu. Biar bagaimana pun, pohon jambu pernah membangun bangsa ini, lagian .. lagian .. mobil rusak, lebih baik dikemudikan sama sopir yang telah berpengalaman." ujar bi Ijah bijak. Ck ck ck .. semua terpana. Bi Ijah punya pemikiran seperti itu????
"Tapi kan negara rusak begini akibat dari pohon jambu juga biii" seru papi ga mau kalah berargumentasi.
"Yah papi ... manusia saja bisa berbuat salah, setiap manusia kan pernah berbuat salah?! Apalagi untuk pohon jambu???" jawab bi Ijah cuek sambil ngeloyor ke dapur. Mereka saling berpandangan ... mengerti atau tidak??

Pokoknya hari itu, keluarga Pipi telah nyoblos, entah apa yang dipilih mereka. Bagi Pipi, dia ingin Pemilu bisa setiap hari .. biar bisa libur terus dan digodain penulis wahahah *tukz, biji jambu mangkal di kepala penulis* aw aw. Pipi melenggang santai ke kamarnya, setel radio .. wahhhh lagunya .. pemilihan umum telah memangil kita .. seluruh rakyat menyambut gembira .. hak demokrasi pancasila .. hikmah indonesia merdeka ... pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya ... waaaaaaa... Pipi mending pilih Piko aja deh ... and the story end.

tuteh, 7 April 2004